Untuk mewujudkan daya saing dan kesejahteraan petani, peningkatkan pendapatan petani perlu ditingkatkan baik pendapatan pokok maupun tambahan. Saat ini, petani di Butur banyak yang bercocok tanam, hanya saja belum mendapat jaminan harga. Sehingga mereka merasa khawatir mengalami kerugian usai panen. “Nilam ini salah satu pilihan masyarakat, terutama di Kulisusu Barat sampai Bonegunu,” imbuh Abu Hasan.
Temu bisnis dalam rangka membangun jejaring bisnis berkeadilan dan berkelanjutan untuk kesejahteraan petani. Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono mengatakan temu bisnis bertujuan untuk memberikan garansi pasar dan kualitas produk bagi para petani, serta pelaku usaha ditingkat petani dalam memasarkan hasil produk-produknya. “Ini sangat penting, karena tanpa petani, pelaku usaha tidak akan punya produk. Maka di situ kemitraan itu dijalin untuk berkeadilan dan berkelanjutan. Maknanya supaya petani punya posisi tawar yang besar,” ujarnya.
Dengan temu bisnis ini, pelaku usaha dapat mendukung petani dengan melakukan pembinaan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Terutama soal pasar. Harus ada share margin yang adil. Kasdi Subagyono mengaku, pemerintah mendukung kemitraan yang didasari posisi tawar yang sejajar antara petani selaku produsen dan pelaku usaha sebagai konsumen. Hal itu agar dapat memberikan rasa berkeadilan yakni petani sebagai produsen mendapat harga menarik. Begitu pula konsumen. “Dengan posisi yang saling menguntungkan (win-win solution), secara alami kemitraan akan berkelanjutan, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani,” ucap Kasdi Subagyono. Untuk diketahui, temu bisnis ini juga dirangkaikan dengan penandatanganan 24 MoU antara petani, pelaku usaha, dan Kementan.
(had/rah/b)
