
KENDARIPOS.CO.ID — Lahan perkebunan petani Desa Pongkalaero, Kecamatan Kabaena Selatan, Bombana amblas. Diameternya lumayan besar. Tak jauh dari perkebunan itu, terdapat aktivitas perusahan tambang berbendera PT. Tambang Bumi Sulawesi (TBS). Perusahaan tersebut diduga menyumbang kontribusi amblasnya lahan petani.
Salah seorang warga Desa Pongkalaero, Umi Kalsum mengungkapkan kehadiran perusahaan ini tidak saja hanya jadi ancaman warga Pongkalaero tapi juga tanaman perkebunan. Utamanya jambu mete. Tanah-tanah di kebun jambu mete warga retak. “Tanah di kebun jambu kami retak, tanaman kami terancan amblas. Pihak perusahaan sudah mengecek tapi sampai saat ini belum ada kepastian,” keluh Umi Kalsum saat ditemui Kendari Pos, Kamis (19/9).
Umi Kalsum menuturkan sejak tahun 1974 lahan jambu mete sekira satu hektare itu dikelola keluarga besarnya. Hasil panen setiap tahunnya menjadi penyokong kehidupan keluarga. “Tapi sejak ada perusahaan ini, pendapatan kami menurun drastis. Ditambah kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Retak dan berpotensi longsor ketika terjadi hujan deras,” kata Umi Kalsum
Warga meyakini sejak PT.Tambang Bumi Sulawesi (TBS) beroperasi dilokasi tersebut telah merusak ekosistem darat hingga Laut. Operasi perusahaan dari bibir pantai Desa Pongkalaero hanya dalam radius nol kilometer. Tidak hanya itu, operasional PT.TBS juga ikut mengancam lahan pertanian warga yang jaraknya hanya nol kilometer juga.
