Destry menyampaikan, kondisi tersebut juga menjadi tantangan BI untuk bisa menjaga stabilitas sistem keuangan. Mereka tak mau lengah dengan kondisi melemahnya nilai tukar rupiah akibat perang dagang kedua negara. “BI akan selalu berada di pasar untuk mewaspadai pergerakan atau instabilitas yang terjadi di sektor keuangan,” terangnya.
Caranya, BI akan mempertahankan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif untuk menghadapi tekanan global. Salah satunya dengan mendorong peningkatan investasi dan konsumsi rumah tangga. “Kalau bisa fokus dua ini maka pertumbuhan akan signifikan karena keduanya sumbangkan 80 persen ke PDB (produk domestik bruto),” pungkasnya. (jpnn)
